*
Oleh Syed Hasan Alatas
Menjelang akhir Hayat Rasulallah shallaAllahu `alaihi wa sallam yaitu pada tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad shallaAllahu `alaihi wa sallam bersama seluruh Ummat Islam yang datang dari segenap penjuru, telah menunaikan Haji/'Umrah yang terakhir bagi Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam yang disebutkan juga dengan Haji Wada' (Haji Perpisahan) karena setelah delapan puluh dua hari sesudah itu Rasulallah shallaAllahu `alaihi wa sallam wafat meninggalkan dunia yang fana ini, kembali ke Ramatullah.
NabishallaAllahu `alaihi wa sallam bersama Ummat Islam yang sangat ramai ketika itu (ratusan ribu) telah menyampaikan banyak pesanan kepada seluruh Ummat Islam untuk dilaksanakan.Khutbah Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam di Padang Arafah (suatu kawasan padang yang luas, terletak di kaki Jabal Rahmah (bukit Rahmah), kira-kira 22 km sebelah tenggara kota Makkah). Wukuf di 'Arafah disebut juga dengan Hari 'Arafah (hari Perkenalan/Pertemuan).
Dalam Khotbah Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam yang ditujukan kepada seluruh Ummat Islam ketika itu dan juga supaya disampaikan kepada seluruh Ummat Islam sekarang ini dan kepada seluruh Ummat Islam hingga qiamat (ketika alam dunia ini telah dihancur leburkan). Bumi dengan segala isinya telah hancur lebur. Gempa yang dahsyat telah membuat segala apa yang ada dibumi ini menjadi puing ataupun runtuhan. Manusia ketika itu tidak tentu arah, masing-masing coba menyelamatkan diri mereka, tetapi kemana-manapun serupa keadaannya.
Masa itu adalah masa akhirnya bagi segala kehidupan dan kesenangan dunia, diganti dengan Kehidupan Akhirat, kehidupan yang abadi. Hari kiamat merupakan Hari Kebangkitan kembali, hanya Hukum Allah s.w.t. sahaja yang berlaku. Manusia terpaksa tunduk dan mempertanggung jawabkan akan segala apa yang telah mereka lakukan selama mereka hidup didunia. Oleh karena itu sebelum tibanya kiamat, masih ada kesempatan bagi seluruh Ummat Islam, memperhatikan dengan serius Khotbah Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam. ini untuk dilaksanakan, supaya kita terselamat didunia dan akan bahagia diakhirat Insya-Allah.
Dalam Khotbah Nabi yang mulia ini, Rasulallah shallaAllahu `alaihi wa sallam, berwasiat kepada seluruh Ummatnya ,antara lain Nabi bersabda: "Segala puji bagi Allah yang menguasai seluruh alam. Kami memujiNya. Kami mohon PertolonganNya, kami mohon keampunanNya akan segala dosa-dosa kami dan melahirkan taubat kami di hadapanNya. Kami mohon perlidungan daripada keburukan hati kami dan segala kejahatan yang telah kami lakukan. Sesiapa yang telah dipimpin Allah ke jalan yang lurus, maka tiada seorangpun boleh menyesatkannya, dan barangsiapa yang tidak diberi petunjuk oleh Allah maka tiada siapa yang dapat memandunya ke jalan yang benar".
Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam menyampaikan wasiatnya ini kepada seluruh Ummat Islam dimanapun mereka berada ketika itu hingga berakhirnya alam yang fana ini.
Nabi bersabda lagi yang maksudnya: "Aku isytiharkan kebenaran ini bahwa tidak ada Tuhan lain, melainkan Allah dan aku isytiharkan kebenaran ini, bahwa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya. Wahai hamba-hamba Allah, aku nasihatkan kamu supaya menyembah Allah. Aku mulakan kata-kata yang suci ini.
Selepas itu aku nyatakan kepadamu, wahai manusia! Dengarkanlah perkataanku dengan sebaik-baiknya ketika aku berucap, karena aku merasa aku tidak lagi berpeluang menemui kamu disini selepas tahun ini. Tahukah kamu semua hari apakah ini? Inilah hari Nahar, hari korban yang suci. Tahukah kamu semua bulan apakah ini? Inilah bulan suci. Tahukah kamu semua tempat apakah ini? Inilah tempat yang suci. Oleh karena itu aku sampaikan kepada kamu semua bahwa, darah dan harta kamu adalah diharamkan bagi seseorang terhadap yang lainnya".
Nabi melanjutkan khotbahnya: "Semuanya mesti kamu sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sucinya bulan ini, sucinya tempat ini."
Lalu Nabi melanjutkan ucapan beliau: "Hendaklah berita ini kamu sampaikan kepada orang-orang yang tidak hadhir ditempat ini." (oleh karena itu menjadi kewajiban pula bagi seluruh Ummat Islam yang ada sekarang ini dan selepas ini, supaya menyampaikan wasiat yang sangat penting ini kepada seluruh manusia, dengan segala daya yang ada pada kita). Sambil itu Nabi bertanya kepada Ummat yang hadir,
"Adakah aku telah menyampaikan kepadamu semua? Ummat yang hadir menjawab dengan sepontan: "Memang benar, engkau telah menyampaikannya". Lalu Nabi memohon kesaksian dari Allah s.w.t: "Ya Allah! Saksikanlah." Nabi melanjutkan: "Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kamu adalah satu, dan sesungguhnya kamu berasal dari yang satu. Semua kamu berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Wahai manusia dengarkanlah baik-baik apa yang telah ku sampaikan kepadamu, semoga kamu akan bahagia untuk selama-lamanya dalam hidupmu. Wahai manusia,kamu hendaklah mengerti, bahwa orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka adakanlah perbaikan diantara sesama saudara."
Nabi melanjutkan khotbahnya dengan sabdanya: "Bukankah aku telah meninggalkan kepadamu panduan yang benar, dan bila kamu berpegang teguh dengannya, kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu al-Quran dan Sunnahku".
Rasulallah melanjutkan Khotbahnya: "Waspadalah atas segala apa yang telah ku sampaikan,Ya Allah Engkaulah yang akan menjadi saksi atas kami!"
Nabi meneruskan sabdanya: "Barangsiapa memegang amanah, hendaklah dikembalikannya kepada pemiliknya! Jumlah faedah (riba) yang diambil dizaman jahiliyah hendaklah dibayar pada hari ini! Oleh karena itu, pertama sekali aku membayar tuntutuan bunga (riba) yang telah dibuat oleh bapak saudaraku (pamanku), Abbas bin Abdul Muttalib. Semua gelaran dan jabatan-jabatan di masa jahiliyah dihapuskan, kecuali Sadana (jabatan yang menguruskan ka'bah dan saqaya (jabatan yang membekalkan air kepada jemaah haji.)!"
"Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, mestilah dibalas bunuh. Pembunuhan yang terjadi disebabkan tidak sengaja (bukan niat untuk membunuh) seperti menggunakan kayu atau batu, dendanya adalah seratus ekor unta. Barangsiapa yang menambahnya, maka itu dianggap sebagai amalan di zaman jahiliyah".
"Wahai manusia! Selepas tertegaknya sistem yang hak (benar), maka Syaitan akan hilang harapannya untuk disembah diatas muka bumi ini. Tetapi Syaitan akan bergembira sekiranya ia dipatuhi dalam dosa-dosa yang lain yang dianggap remeh !"
Rasulallah kemudian bertanya kepada jamaah yang hadir: "Adakah aku telah menyampaikan wasiatku ini kepadu kamu semua?"
Jamaah menjawab: "Ya, Rasulallah engkau telah menyampaikan pesanmu".
Nabi melanjutkan wasiatnya dengan memohon penyaksian dari Allah s.w.t.: "Ya Allah! Engkaulah yang menjadi saksi diantara kami !"
Rasulallah meneruskan khotbah beliau: "Wahai manusia! Wanita-wanita kamu, mempunyai beberapa hak keatas diri kamu, dan kamu juga mempunya beberapa hak terhadap mereka. Adalah menjadi kewajiban terhadap mereka supaya tidak mengizinkan sesiapapun masuk ke dalam kamar tidur mereka kecuali kamu dan jangan membenarkan orang yang tidak kamu sukai, masuk kedalam rumah kamu. Mereka jangan melakukan zina. Jika mereka melakukannya, maka Allah membenarkan kamu memisahkan diri dari mereka. Keluarkan mereka dari kamar tidur kamu, dan kamu boleh memukul tubuh mereka dengan syarat tidak meninggalkan bekas keatasnya".
"Jika mereka berhenti dan mematuhi kamu, maka kamu bertanggung jawab untuk menyara hidup mereka. Semestinya wanita berada di bawah perintah kamu dan tidak boleh bertindak sesuka hati mereka. Kamu telah mengambil mereka menjadi pasangan kamu sebagai amanah dari Allah s.w.t. serta menggunakan tubuh mereka dengan kehendak Allah. Oleh karena itu takutlah kepada Allah dalam hal wanita, dan asuhlah mereka dengan cara yang betul!"
"Wahai manusia! Ingatlah, aku telah menyampaikan wasiatku ini kepadamu.Ya Allah, Engkaulah yang menjadi saksi diatas kami".
Nabi melanjutkan khotbah beliau:"Wahai manusia, kamu hendaklah mengerti, bahwa orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka masing-masing kamu dilarang keras mengambil harta saudaranya kecuali dengan seizin hatinya yang ikhlas.Bukankah aku telah menyampaikannya ? Ya Allah! Saksikanlah!.
Selanjutnya Nabi bersabda:"Janganlah kamu setelah aku meninggal nanti kembali kepada kafir,dimana sebahagian kamu memainkan senjata untuk menebas batang leher kawannya yang lain.Bukankah aku telah meninggalkan untukmu panduan yang benar,bila kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat,yakni kitab Allah (al-Quran). Wahai manusia !Sesungguhnya Tuhan kamu adalah satu,dan sesungguhnya kamu berasal dari satu bapak.Semua kamu dari Adam dan Adam dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari antara kamu semua adalah orang yang Taqwa.Tidak sedikitpun ada kelebihan bangsa Arab daripada yang bukan Arab,kecuali dengan taqwa.Wahai manusia bukankah aku telah menyampaikannya? Oh Tuhan saksikanlah !
"Maka hendaklah barang siapa yang hadir ditempat ini berkewajiban untuk menyampaikannya wasiatku ini kepada mereka yang tidak hadir.
" Ketika itu turunlah wahyu yang terakhir kepada Nabi kita shallaAllahu `alaihi wa sallam yang bermaksud:"Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu.Aku cukupkan ni'matKu untukmu dan Aku rela Islam itu m enjadi agamamu." (Q.S.al-Maidah;3)
Jika kita Ummat Islam mematuhi Wasiat Rasulallah shallaAllahu `alaihi wa sallam ini Insya-Allah akan bahagialah hidup kita didunia dan di akhirat, amin.
Oleh karena itu marilah kita usahakan memperbanyak salinan dari Wasiat Nabi dan sampaikanlah dengan seluas mungkin kepada seluruh Ummat Islam. Ini lebih baik kita lakukan daripada membuat surat layang berisi fitnah, adu domba antara satu dengan lainnya,yang boleh membawa bencana kepada seluruh Kesatuan dan Perpaduan Ummat manusia. Akhirnya kita berdo'a kehazirat Ilahi, semoga menyatupadukan seluruh Ummat Islam dimanapun mereka berada dan dengan berkat Perpaduan dan kerjasama ini Ummat Islam akan kembali mencapai Zaman gemilangnya.Insya-Allah, amin.
Ya Allah ampunilah segala kesilapan kami, terimalah amalan kami yang tidak seberapa, tolonglah kami untuk menjadi suatu Ummat yang menjadi contoh teladan yang baik dan berguna kepada Ummat lainnya, Amin ya Rabbal 'Alamin.
*
Jangan mengutuk sesama Islam
*
TENTANG MENGUTUK ORANG MUSLIM
(Dipetik dari Al-Kabair karya Syamsuddin Adz-Dzahabi, terjemahan M. Ladzi Safrony, BA ke dalam buku 75 Dosa Besar terbitan Media Idaman, Surabaya)
Yang dimaksudkan dengan mengutuk ialah mendoakan orang lain agar mendapat kecelakaan. Mengutuk ini adalah satu perbuatan yang terlarang kita lakukan sesama muslim. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud: "Mencaci orang Islam itu termasuk fasik dan membunuhnya termasuk kafir."
"Mengutuk seorang mukmin itu seperti membunuhnya." [HR Jamaah selain Ibnu Majah, hadis riwayat Tsabit bin Adl-Dlahak]
"Sesungguhnya seorang hamba bila melaknat seseorang nescaya laknat itu akan naik ke langit kemudian menutup pintu pintu langit di bawahnya, lalu turun ke bumi menutup pintu pintu yang lain, kemudian mengambil tangan kanan di tangan kirinya, apabila tidak memenuhi sasarannya, ia kembali kepada orang yang dilaknat dan jika tidak berjaya ia akan kembali kepada orang yang melaknatnya." [ HR Abu Daud]
Rasulullah bersabda:(artinya) " Tidaklah para pelaknat itu dapat jadi penolong dan saksi di hari kiamat." [ HR Muslim dan Abu Daud]
Rasulullah bersabda: (artinya) " Tidak patut seorang teman baik, mengutuk (temannya)" [HR Muslim dari Abu Hurairah]
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam bersabda: (artinya) " Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencerca, bukan yang suka menjuluki, bukan yang suka berbuat keji, dan bukan juga orang yang suka bercakap keji."
Dari hadis hadis tersebut di atas telah diterangkan bahawa mengutuk orang mukmin itu termasuk perbuatan yang berdosa, kerana kutukan dan laknat itu menjadi hak ALLAH SWT sahaja, dalam menghukum setiap hambanya. Sehingga kita dilarang mengutuk kerana kegunaan kutukan itu mengharapkan supaya ALLAH SWT. mencabut semua ni'mat yang telah diberikan kepada hamba tersebut baik ni'mat zahir mau pun ni'mat batin, supaya dia (orang yang dilaknat) tidak memperoleh ni'mat dan anugerahNya. Oleh kerana itu Rasulullah melarang perbuatan itu, bahkan menganjurkan sebaliknya iaitu supaya saling mendoakan sesama muslim agar mendapat ni'mat dan kurnia dari ALLAH SWT.
*
TENTANG MENGUTUK ORANG MUSLIM
(Dipetik dari Al-Kabair karya Syamsuddin Adz-Dzahabi, terjemahan M. Ladzi Safrony, BA ke dalam buku 75 Dosa Besar terbitan Media Idaman, Surabaya)
Yang dimaksudkan dengan mengutuk ialah mendoakan orang lain agar mendapat kecelakaan. Mengutuk ini adalah satu perbuatan yang terlarang kita lakukan sesama muslim. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud: "Mencaci orang Islam itu termasuk fasik dan membunuhnya termasuk kafir."
"Mengutuk seorang mukmin itu seperti membunuhnya." [HR Jamaah selain Ibnu Majah, hadis riwayat Tsabit bin Adl-Dlahak]
"Sesungguhnya seorang hamba bila melaknat seseorang nescaya laknat itu akan naik ke langit kemudian menutup pintu pintu langit di bawahnya, lalu turun ke bumi menutup pintu pintu yang lain, kemudian mengambil tangan kanan di tangan kirinya, apabila tidak memenuhi sasarannya, ia kembali kepada orang yang dilaknat dan jika tidak berjaya ia akan kembali kepada orang yang melaknatnya." [ HR Abu Daud]
Rasulullah bersabda:(artinya) " Tidaklah para pelaknat itu dapat jadi penolong dan saksi di hari kiamat." [ HR Muslim dan Abu Daud]
Rasulullah bersabda: (artinya) " Tidak patut seorang teman baik, mengutuk (temannya)" [HR Muslim dari Abu Hurairah]
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam bersabda: (artinya) " Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencerca, bukan yang suka menjuluki, bukan yang suka berbuat keji, dan bukan juga orang yang suka bercakap keji."
Dari hadis hadis tersebut di atas telah diterangkan bahawa mengutuk orang mukmin itu termasuk perbuatan yang berdosa, kerana kutukan dan laknat itu menjadi hak ALLAH SWT sahaja, dalam menghukum setiap hambanya. Sehingga kita dilarang mengutuk kerana kegunaan kutukan itu mengharapkan supaya ALLAH SWT. mencabut semua ni'mat yang telah diberikan kepada hamba tersebut baik ni'mat zahir mau pun ni'mat batin, supaya dia (orang yang dilaknat) tidak memperoleh ni'mat dan anugerahNya. Oleh kerana itu Rasulullah melarang perbuatan itu, bahkan menganjurkan sebaliknya iaitu supaya saling mendoakan sesama muslim agar mendapat ni'mat dan kurnia dari ALLAH SWT.
*
Syurga
*
Wallahu a'lam
Link pilihan:
Neraka
Bidadari Syurga
*
Dari Abu Hurairah, Nabi sallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang soleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terlintas dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka iaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (HR. Muslim)
Wallahu a'lam
Link pilihan:
Neraka
Bidadari Syurga
*
Antara sifat terpuji
*
1. Taubat ertinya meninggalkan segala perbuatan tercela yang telah dikerjakannya dengan niat kerana membesarkan Allah s.w.t.
2. Khauf ertinya takutkan Allah s.w.t, takutkan kemurkaanNya dengan memelihara diri dari melakukan perkara-perkara yang ditegah.
3. Zuhud ertinya bersih atau suci hati dari berkehendakkan lebih dari keperluannya serta tidak bergantung kepada makhluk lain. Hatinya sentiasa mengingati bahawa harta yang dimilikinya adalah sebagai amanah dari Allah.
4. Sabar ertinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan.
5. Syukur ertinya menyedari bahawa semua ni'mat yang diperolehinya baik yang lahir mahupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa gembira dengan ni'mat itu
serta bertanggungjawab kepada Allah.
6. Ikhlas ertinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana
tujuan lain.
7. Tawakal ertinya berserah diri kepada Allah dalam melakukan sesuatu rancangan.
8. Mahabbah ertinya kasihkan Allah dan hatinya sentiasa cenderung untuk berkhidmat dan beribadat kepadaNya serta bersungguh-sungguh menjaga diri dan jauhkan dari melakukan maksiat.
Moga ada manfaat.
*
1. Taubat ertinya meninggalkan segala perbuatan tercela yang telah dikerjakannya dengan niat kerana membesarkan Allah s.w.t.
2. Khauf ertinya takutkan Allah s.w.t, takutkan kemurkaanNya dengan memelihara diri dari melakukan perkara-perkara yang ditegah.
3. Zuhud ertinya bersih atau suci hati dari berkehendakkan lebih dari keperluannya serta tidak bergantung kepada makhluk lain. Hatinya sentiasa mengingati bahawa harta yang dimilikinya adalah sebagai amanah dari Allah.
4. Sabar ertinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan.
5. Syukur ertinya menyedari bahawa semua ni'mat yang diperolehinya baik yang lahir mahupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa gembira dengan ni'mat itu
serta bertanggungjawab kepada Allah.
6. Ikhlas ertinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, bukan kerana
tujuan lain.
7. Tawakal ertinya berserah diri kepada Allah dalam melakukan sesuatu rancangan.
8. Mahabbah ertinya kasihkan Allah dan hatinya sentiasa cenderung untuk berkhidmat dan beribadat kepadaNya serta bersungguh-sungguh menjaga diri dan jauhkan dari melakukan maksiat.
Moga ada manfaat.
*
Sayyidina Ali (r.a.) and some maths problems
*
Sayyidina Ali (rodhiallahu 'anhu) while he was a Khalifa was known for his mathematical genius. One Day a person came to him, thinking that since Ali thinks he is too smart, I'll ask him such a tough question that he won't be able to answer it and I'll have the chance to embarrass him in front of all the Arabs.
He asked "Ali, tell me a number, that if we divide it by any number from 1-10 the answer will always come in the form of a whole number and not as a fraction." Ali Looked back at him and said, "Take the number of days in a year and multiply it with the number of days in a week and you will have your answer."
The person got astonished but as he was a Mushrik he still didn't believe Ali. He calculated the answer Ali gave him. To his amazement he came across the following results:
The number of Days in a Year = 360 (in Arabic Calendar)
The Number of Days in a Week = 7
The product of the two numbers = 2520
Now...
2520 ÷ 1 = 2520
2520 ÷ 2 = 1260
2520 ÷ 3 = 840
2520 ÷ 4 = 630
2520 ÷ 5 = 504
2520 ÷ 6 = 420
2520 ÷ 7 = 360
2520 ÷ 8 = 315
2520 ÷ 9 = 280
2520 ÷ 10= 252
In another occasion...
A person was about to die, and before dying he wrote his Will which went as follows...
"I have 17 Camels, and I have three sons. Divide my Camels in such a way, that My eldest son gets half of them, the second one gets 1/3rd of the total and my youngest son gets 1/9th of the total number of Camels"
After his death when the relatives read his will they got extremely perplexed and said to each other that how can we divide 17 camels like this.
So after a long hard thought they decided that there was only one man in Arabia who could help them: Ali Ibne Abi Taalib.
So they all came to the door of Ali and put forward their problem.
Ali said, "Ok. I will divide the camels as per the man's will. I will lend one of my camels to the total which makes it 18 (17+1), now lets divide as per his will"
The Eldest gets 1/2 of 18 = 9
The second one gets 1/3 of 18 = 6
and The Youngest gets 1/9 of 18 = 2
Now the total number of camels = 17
Then Ali said, "Now I will take my Camel back"
*
Sayyidina Ali (rodhiallahu 'anhu) while he was a Khalifa was known for his mathematical genius. One Day a person came to him, thinking that since Ali thinks he is too smart, I'll ask him such a tough question that he won't be able to answer it and I'll have the chance to embarrass him in front of all the Arabs.
He asked "Ali, tell me a number, that if we divide it by any number from 1-10 the answer will always come in the form of a whole number and not as a fraction." Ali Looked back at him and said, "Take the number of days in a year and multiply it with the number of days in a week and you will have your answer."
The person got astonished but as he was a Mushrik he still didn't believe Ali. He calculated the answer Ali gave him. To his amazement he came across the following results:
The number of Days in a Year = 360 (in Arabic Calendar)
The Number of Days in a Week = 7
The product of the two numbers = 2520
Now...
2520 ÷ 1 = 2520
2520 ÷ 2 = 1260
2520 ÷ 3 = 840
2520 ÷ 4 = 630
2520 ÷ 5 = 504
2520 ÷ 6 = 420
2520 ÷ 7 = 360
2520 ÷ 8 = 315
2520 ÷ 9 = 280
2520 ÷ 10= 252
In another occasion...
A person was about to die, and before dying he wrote his Will which went as follows...
"I have 17 Camels, and I have three sons. Divide my Camels in such a way, that My eldest son gets half of them, the second one gets 1/3rd of the total and my youngest son gets 1/9th of the total number of Camels"
After his death when the relatives read his will they got extremely perplexed and said to each other that how can we divide 17 camels like this.
So after a long hard thought they decided that there was only one man in Arabia who could help them: Ali Ibne Abi Taalib.
So they all came to the door of Ali and put forward their problem.
Ali said, "Ok. I will divide the camels as per the man's will. I will lend one of my camels to the total which makes it 18 (17+1), now lets divide as per his will"
The Eldest gets 1/2 of 18 = 9
The second one gets 1/3 of 18 = 6
and The Youngest gets 1/9 of 18 = 2
Now the total number of camels = 17
Then Ali said, "Now I will take my Camel back"
*
Khitan / Khatan bagi wanita
*
KHITAN BAGI WANITA.
Saya yakin ramai diantara kita tahu bahawa perkara berkhitan pada orang lelaki adalah wajib menurut hukum Islam. Namun tidak ramai yang ingin mengetahui tentang khitan yang diharuskan oleh Islam terhadap kaum wanita. Mengapa ianya diharuskan dan apakah faedahnya mengikut pandangan Islam. Ikuti tajuk ini moga ianya dapat memberi sedikit ilmu pengetahuan tentangnya. InsyaAllah.
Bismilillahirrahmanirrahim.
DEFINISI KHITAN.
Menurut Ibnu Manzur, khitan berasal dari 'al-khatnu'. iaitu bahagian yang harus dipotong dari kaum laki-laki mahu pun wanita. Para ulama ilmu syariat mendifinasikan sebagai berikut: "memotong sebahagian dari sebahagian tertentu dari anggota tubuh yang tertentu."
Menurut Al-Mawardy, khitan orang laki-laki ialah dengan memotong kulit yang meliputi kepala zakar. Yang baik adalah pemotongan di pangkal kulit sejak dari pangkal kepala itu sendiri sehingga tiada lagi kulit yang menutupi kepala zakar itu. Dan khitan bagi kaum wanita ialah dengan memotong kulit dibahagian atas (hujung ) vagina.
Sepotong hadith menyatakan sabda Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam tentang khitan bagi kaum wanita maksudnya: "Sederhanakanlah dan janganlah berlebihan-lebihan, kerana hal itu lebih menampakkan kecantikan di wajah dan mendatangkan keni'matan baginya di sisi suami." (Hadith Ar-Tarmizi)
Maksudnya, janganlah engkau berlebih-lebihan memotongnya. Tujuan khitan bagi laki-laki adalah untuk mensucikannya dari unsur-unsur najis di dalam qulfah (kulit) dan tujuan khitan bagi wanita ialah untuk mengawal nafsu shawatnya.
Cuba bandingkan nafsu muslimah dengan wanita yang tidak melakukan khitan, nafsu mereka lebih kuat maka seringkali terjadi perbuatan tidak senonoh. Jadi janganlah kamu memotong secara berlebih-lebihan untuk mengelakkan dorongan seksualnya menjadi lemah.
Kebaikan berkhitan (memotong qulfah) mempunyai pengaruh yang sangat baik bagi hubungan suami isteri. Muslimah sejati akan meni'mati rasa kepuasan yang bersederhana berbeza dengan wanita yang tidak berkhitan akan mendapat kepuasan yang memuncak sehingga boleh memudharatkan diri. Inilah bezanya muslimah dengan wanita bukan Islam yang menjaga sunnah dan agamanya.
*
Disebutkan dalam Tufatul Maudud, halaman 164 bahwa Sarah ketika menghadiahkan Hajar kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam , lalu Hajar hamil, hal ini menyebabkan Sarah cemburu. Maka dia bersumpah ingin memotong tiga anggota badannya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam khawatir dia akan memotong hidung dan telinganya, lalu beliau menyuruh Sarah untuk melubangi telinganya dan berkhitan. Jadilah hal ini sebagai sunnah yang berlangsung pada para wanita sesudahnya.
*
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قاال رسول الله صلي الله عليه وسلم : خمس من الفطرة : الاستحداد والختان، وقص الشارب،ونتف الابط،وتقليم الأظفا ر.
Dari Abu Harairah radhiyallahu’anhu Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ” lima hal yang termasuk fitroh yaitu: mencukur bulu kemaluan, khitan, memotong misai, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)
*
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha,
إذا خفضت فأشمي ولا تنهكي فإنّه أسرى للوجه وأحضى للزوج
“Apabila kamu mengkhitan wanita, sisakanlah sedikit dan jangan potong semuanya, kerana itu membuat ceria wajah dan lebih disenangi oleh suami “ (H.R. Al Khatib dalam Tarikh 5/327)
*
KHITAN BAGI WANITA.
Saya yakin ramai diantara kita tahu bahawa perkara berkhitan pada orang lelaki adalah wajib menurut hukum Islam. Namun tidak ramai yang ingin mengetahui tentang khitan yang diharuskan oleh Islam terhadap kaum wanita. Mengapa ianya diharuskan dan apakah faedahnya mengikut pandangan Islam. Ikuti tajuk ini moga ianya dapat memberi sedikit ilmu pengetahuan tentangnya. InsyaAllah.
Bismilillahirrahmanirrahim.
DEFINISI KHITAN.
Menurut Ibnu Manzur, khitan berasal dari 'al-khatnu'. iaitu bahagian yang harus dipotong dari kaum laki-laki mahu pun wanita. Para ulama ilmu syariat mendifinasikan sebagai berikut: "memotong sebahagian dari sebahagian tertentu dari anggota tubuh yang tertentu."
Menurut Al-Mawardy, khitan orang laki-laki ialah dengan memotong kulit yang meliputi kepala zakar. Yang baik adalah pemotongan di pangkal kulit sejak dari pangkal kepala itu sendiri sehingga tiada lagi kulit yang menutupi kepala zakar itu. Dan khitan bagi kaum wanita ialah dengan memotong kulit dibahagian atas (hujung ) vagina.
Sepotong hadith menyatakan sabda Rasulullah sallallahu `alaihi wa sallam tentang khitan bagi kaum wanita maksudnya: "Sederhanakanlah dan janganlah berlebihan-lebihan, kerana hal itu lebih menampakkan kecantikan di wajah dan mendatangkan keni'matan baginya di sisi suami." (Hadith Ar-Tarmizi)
Maksudnya, janganlah engkau berlebih-lebihan memotongnya. Tujuan khitan bagi laki-laki adalah untuk mensucikannya dari unsur-unsur najis di dalam qulfah (kulit) dan tujuan khitan bagi wanita ialah untuk mengawal nafsu shawatnya.
Cuba bandingkan nafsu muslimah dengan wanita yang tidak melakukan khitan, nafsu mereka lebih kuat maka seringkali terjadi perbuatan tidak senonoh. Jadi janganlah kamu memotong secara berlebih-lebihan untuk mengelakkan dorongan seksualnya menjadi lemah.
Kebaikan berkhitan (memotong qulfah) mempunyai pengaruh yang sangat baik bagi hubungan suami isteri. Muslimah sejati akan meni'mati rasa kepuasan yang bersederhana berbeza dengan wanita yang tidak berkhitan akan mendapat kepuasan yang memuncak sehingga boleh memudharatkan diri. Inilah bezanya muslimah dengan wanita bukan Islam yang menjaga sunnah dan agamanya.
*
Disebutkan dalam Tufatul Maudud, halaman 164 bahwa Sarah ketika menghadiahkan Hajar kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam , lalu Hajar hamil, hal ini menyebabkan Sarah cemburu. Maka dia bersumpah ingin memotong tiga anggota badannya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam khawatir dia akan memotong hidung dan telinganya, lalu beliau menyuruh Sarah untuk melubangi telinganya dan berkhitan. Jadilah hal ini sebagai sunnah yang berlangsung pada para wanita sesudahnya.
*
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قاال رسول الله صلي الله عليه وسلم : خمس من الفطرة : الاستحداد والختان، وقص الشارب،ونتف الابط،وتقليم الأظفا ر.
Dari Abu Harairah radhiyallahu’anhu Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ” lima hal yang termasuk fitroh yaitu: mencukur bulu kemaluan, khitan, memotong misai, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)
*
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha,
إذا خفضت فأشمي ولا تنهكي فإنّه أسرى للوجه وأحضى للزوج
“Apabila kamu mengkhitan wanita, sisakanlah sedikit dan jangan potong semuanya, kerana itu membuat ceria wajah dan lebih disenangi oleh suami “ (H.R. Al Khatib dalam Tarikh 5/327)
*
Adab Seorang Muslim
*
Tafsir Surah An-Nisa' ayat 86 - Adab seorang Muslim
Allah mengajar orang-orang yang beriman dengan suatu adab yang baik iaitulah adab pergaulan sesama mereka dengan firman-Nya yang bermaksud: "Dan apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat (seperti memberi salam) maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dia (dengan cara yang sama). Sesungguhnya Allah sentiasa menghitung akan tiap-tiap sesuatu." (Surah an-Nisa': 86)
Pendapat yang lebih kuat - yang dimaksudkan dengan hormat di sini ialah memberi salam walaupun ada ulama yang menjelaskan bahawa termasuk dalam ayat ini Tasymitul 'Atisy (berzikir ketika seseorang bersin) dan membalas orang yang 'Musyamit'. Ertinya apabila seseorang itu bersin, dia berkata 'al-hamdulillah' dan yang berada di sisinya menjawab 'Yarhamukallah'. Ini adalah diantara perkara yang diajar oleh Rasulullah shallaAllahu `alaihi wa sallam tetapi yang lebih kuat dimaksudkan ayat ini ialah memberi salam.
Menjadi ijma' di kalangan para ulama bahawa memulakan salam itu disunatkan dan sangat digalakkan manakala menjawab salam diwajibkan.
Firman Allah yang bermaksud: "Dan apabila kamu diberi hormat dengan suatu penghormatan (salam) maka kamu hendaklah menghormatinya (menjawab salam itu)." (Surah an-Nisa': 86)
Ulama' berkhilaf dalam masalah sama ada menjawab salam itu wajib kifayah atau fadhu ain. Di sisi Imam Malik dan Imam Syafie, menjawab salam itu menjadi fardhu kifayah (wajib secara umum). Sekiranya ada orang yang menjawab salam di kalangan kumpulan yang ramai maka lepaslah tanggungjawab yang lain (yang tidak menjawab salam di kalangan mereka).
*
Tafsir Surah An-Nisa' ayat 86 - Adab seorang Muslim
Allah mengajar orang-orang yang beriman dengan suatu adab yang baik iaitulah adab pergaulan sesama mereka dengan firman-Nya yang bermaksud: "Dan apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat (seperti memberi salam) maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dia (dengan cara yang sama). Sesungguhnya Allah sentiasa menghitung akan tiap-tiap sesuatu." (Surah an-Nisa': 86)
Pendapat yang lebih kuat - yang dimaksudkan dengan hormat di sini ialah memberi salam walaupun ada ulama yang menjelaskan bahawa termasuk dalam ayat ini Tasymitul 'Atisy (berzikir ketika seseorang bersin) dan membalas orang yang 'Musyamit'. Ertinya apabila seseorang itu bersin, dia berkata 'al-hamdulillah' dan yang berada di sisinya menjawab 'Yarhamukallah'. Ini adalah diantara perkara yang diajar oleh Rasulullah shallaAllahu `alaihi wa sallam tetapi yang lebih kuat dimaksudkan ayat ini ialah memberi salam.
Menjadi ijma' di kalangan para ulama bahawa memulakan salam itu disunatkan dan sangat digalakkan manakala menjawab salam diwajibkan.
Firman Allah yang bermaksud: "Dan apabila kamu diberi hormat dengan suatu penghormatan (salam) maka kamu hendaklah menghormatinya (menjawab salam itu)." (Surah an-Nisa': 86)
Ulama' berkhilaf dalam masalah sama ada menjawab salam itu wajib kifayah atau fadhu ain. Di sisi Imam Malik dan Imam Syafie, menjawab salam itu menjadi fardhu kifayah (wajib secara umum). Sekiranya ada orang yang menjawab salam di kalangan kumpulan yang ramai maka lepaslah tanggungjawab yang lain (yang tidak menjawab salam di kalangan mereka).
*
Puasa di bulan sya'ban
*
Adalah disunatkan berpuasa di bulan Sya‘ban sebagaimana yang diriwayatkan daripada Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata: Maksudnya: "Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sehingga kami mengatakan baginda tidak berbuka, dan baginda berbuka sehingga kami mengatakan baginda tidak berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasa satu bulan kecuali pada bulan Ramadan dan saya tidak pernah melihat baginda berpuasa lebih banyak daripadanya pada bulan Sya‘ban." (HR Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyakkan berpuasa pada bulan ini adalah disebabkan oleh beberapa perkara sebagaimana yang diriwayatkan daripada Usamah bin Zaid berkata: Maksudnya: "Wahai Rasulullah! Aku belum pernah melihat engkau berpuasa satu bulan daripada bulan-bulan sebagaimana (banyaknya) engkau berpuasa di bulan Sya‘ban" Baginda bersabda: "Sedemikian itu kerana bulan Sya‘ban, bulan yang manusia lalai (kerana terletak) di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan, dan Ia adalah bulan di mana diangkat padanya amalan-amalan manusia kepada Allah Rabbul ‘Alamin, maka aku suka supaya diangkat amalanku sedang aku di dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasa’i)
*
Adalah disunatkan berpuasa di bulan Sya‘ban sebagaimana yang diriwayatkan daripada Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata: Maksudnya: "Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sehingga kami mengatakan baginda tidak berbuka, dan baginda berbuka sehingga kami mengatakan baginda tidak berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasa satu bulan kecuali pada bulan Ramadan dan saya tidak pernah melihat baginda berpuasa lebih banyak daripadanya pada bulan Sya‘ban." (HR Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyakkan berpuasa pada bulan ini adalah disebabkan oleh beberapa perkara sebagaimana yang diriwayatkan daripada Usamah bin Zaid berkata: Maksudnya: "Wahai Rasulullah! Aku belum pernah melihat engkau berpuasa satu bulan daripada bulan-bulan sebagaimana (banyaknya) engkau berpuasa di bulan Sya‘ban" Baginda bersabda: "Sedemikian itu kerana bulan Sya‘ban, bulan yang manusia lalai (kerana terletak) di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan, dan Ia adalah bulan di mana diangkat padanya amalan-amalan manusia kepada Allah Rabbul ‘Alamin, maka aku suka supaya diangkat amalanku sedang aku di dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasa’i)
*
Perkara-perkara makruh ketika puasa
*
Assalamualaikum warahmatullah,
Salah satu untuk menyempurnakan ibadah puasa ialah menjauhi perkara-perkara makruh. Walaupun makruh tidak membatalkan ibadah puasa, tetapi panduan yang dibuat oleh para imam mujtahidin adalah merupakan menutup pintu-pintu kerosakan (sadduz zara'ie).
Antaranya perkara-perkara makruh ialah:
1. Berkucup dan pendahuluan jimak walau melalui khayalan atau penglihatan. Juga makruh mengikut pandangan Mazhab hanafi mengucup/menghisap bibir isteri. Walaupun di sana ada hadith riwayat As-Syaikhan (Bukhari dan Muslim): "Bahasa Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam telah mengucup dan bersentuh kulit, sedangkan Baginda sedang berpuasa." Kebanyakan ulamak menetapkannya makruh kerana ditakuti seseorang itu tidak mampu mengawal nafsunya seperti Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam Ini diperkuatkan lagi dengan hadith: Dari Aisyah R.A: "Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah mengucup Aisyah R.A. sedangkan Baginda shollallahu 'alaihi wasallam berpuasa dan Baginda bersentuh kulit sedangkan Baginda berpuasa dan Baginda seorang yang mampu menguasai perasaannya."(Muttafaq Alaih) "Dan Baginda melarang orang muda melakukannya tetapi memberi kelonggaran kepada orang tua." (Hadith Hasan riwayat Abu Daud dari ABu Hurairah, diriwayatkan juga daripada Abu Hurairah dan ABu Darda' begitu juga dari Ibn Abbas dengan sanad sahih)
2. Merasa ataupun mengunyah makanan tanpa ada keuzuran walaupun tidak ditelan kerana dikhuatiri akan termasuk sesuatu bahagian ke dalam rongga.
3. Makruh mengikut pandangan Mazhab Syafi'ie jika bersugi selepas gelincir matahari.
4. Memakai wangi-wangian ketika berpuasa adalah di antara perkara yang makruh dalam mazhab Syafi`i.
5. Berbekam ketika berpuasa hukumnya makruh. Ini boleh dilihat dalam kitab Mughni Al-Muhtaj (Jilid 1--Mazhab Syafi'ie, As-Syarh As-Saghir(jilid I)--mazhab maliki. Kedua mazhab ini berpendapat bahawa berbekam hukumnya makruh. Mazhab Hanafi pula berpendapat tidak makruh sekiranya berbekam itu tidak melemahkan orang yang berpuasa.
Wallahu a'lam.
*
Assalamualaikum warahmatullah,
Salah satu untuk menyempurnakan ibadah puasa ialah menjauhi perkara-perkara makruh. Walaupun makruh tidak membatalkan ibadah puasa, tetapi panduan yang dibuat oleh para imam mujtahidin adalah merupakan menutup pintu-pintu kerosakan (sadduz zara'ie).
Antaranya perkara-perkara makruh ialah:
1. Berkucup dan pendahuluan jimak walau melalui khayalan atau penglihatan. Juga makruh mengikut pandangan Mazhab hanafi mengucup/menghisap bibir isteri. Walaupun di sana ada hadith riwayat As-Syaikhan (Bukhari dan Muslim): "Bahasa Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam telah mengucup dan bersentuh kulit, sedangkan Baginda sedang berpuasa." Kebanyakan ulamak menetapkannya makruh kerana ditakuti seseorang itu tidak mampu mengawal nafsunya seperti Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam Ini diperkuatkan lagi dengan hadith: Dari Aisyah R.A: "Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah mengucup Aisyah R.A. sedangkan Baginda shollallahu 'alaihi wasallam berpuasa dan Baginda bersentuh kulit sedangkan Baginda berpuasa dan Baginda seorang yang mampu menguasai perasaannya."(Muttafaq Alaih) "Dan Baginda melarang orang muda melakukannya tetapi memberi kelonggaran kepada orang tua." (Hadith Hasan riwayat Abu Daud dari ABu Hurairah, diriwayatkan juga daripada Abu Hurairah dan ABu Darda' begitu juga dari Ibn Abbas dengan sanad sahih)
2. Merasa ataupun mengunyah makanan tanpa ada keuzuran walaupun tidak ditelan kerana dikhuatiri akan termasuk sesuatu bahagian ke dalam rongga.
3. Makruh mengikut pandangan Mazhab Syafi'ie jika bersugi selepas gelincir matahari.
5. Berbekam ketika berpuasa hukumnya makruh. Ini boleh dilihat dalam kitab Mughni Al-Muhtaj (Jilid 1--Mazhab Syafi'ie, As-Syarh As-Saghir(jilid I)--mazhab maliki. Kedua mazhab ini berpendapat bahawa berbekam hukumnya makruh. Mazhab Hanafi pula berpendapat tidak makruh sekiranya berbekam itu tidak melemahkan orang yang berpuasa.
Wallahu a'lam.
*
Langgan:
Catatan (Atom)
Popular Posts
-
* Dari Abu Darda r.a., Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Jika sesiapa belajar dengan 'mata hati' dalam 10 ay...
-
* "Sesiapa mengucapkan astaghfirullah hal 'azim al lazi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih, akan diampuni dosa...
-
1. Allahumma laka sumtu wa bika aamantu wa ‘alaa rizqika afthartu birahmatika ya arhamarrohimin Maksudnya, "Ya Allah bagi Engkau ...
-
* Solat sunat dua rakaat sebelum solat fardhu Subuh dikenali sebagai Solat Fajar atau Solat Qabliyah Subuh atau Solat Sunat Subuh ....
-
* Jika ditanya Allah ada dimana ? Jawablah: Allah ADA TANPA bertempat, tiada bagi Allah Aina (di mana). (Sumber: ...
-
* Penjelasan Status Hadis Doa Bulan Rejab Hadis Rejab Bulan Allah - Hadis Palsu ? Kelebihan Bulan Rejab *
-
* "Wahai orang-orang yang beriman, telah ditentukan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah ditentukan ke atas umat-umat sebelum kam...
-
* Diterbitkan dan diedar secara percuma oleh: DARUL QURAN WAS-SUNNAH Lot 1499, Taman Seri Demit, Jalan Sultanah Zainab 2 Kubang Keria...
-
* Waktu Solat Dhuha Secara umumnya waktu melakukan solat sunat Dhuha mengikut syarak bermula dari selepas terbit matahari iaitu angga...
-
* Penjelasan Tentang Bid'ah. Dalam pengertian syari’at, bid’ah adalah: اَلْمُحْدَثُ الَّذِيْ لَمْ يَنُصَّ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ ...